Sabtu, 26 November 2011

Menghidupkan Hati

Saudaraku yang baik, saat ini kita mencoba memohon pertolongan Allah agar kita lebih mengenal siapa Allah , bagaimana cara mendekat kepada Allah dan tahu apa yang akan menghijab dari Allah.

“Bagaimana akan dapat terang hati seorang yang gambar dunia ini terlukis dalam lensa cermin hatinya, atau bagaimana akan pergi menuju kepada Allah  padahal ia masih terikat dan terbelenggu oleh syahwat hawa nafsunya, atau bagaimana akan dapat masuk ke hadirat Allah padahal ia belum bersih suci dari kelalaiannya atau bagiannya yang di sini diumpamakan dengan janabatnya mengharap akan mengerti rahasia yang halus padahal ia belum bertobat dari kekeliruan-kekeliruannya”

Saudaraku yang baik, bagaimana mungkin seseorang hatinya akan terang benderang kalau di hatinya ini selalu duniawi saja yang terlukis, bagaimana mungkin seseorang akan dapat mendekat bergerak kepada Allah kalau dia masih diikat dan dibelenggu oleh syahwat nafsunya, dan bagaimana bisa membuka pintu gerbang kedekatan dengan Allah kalau dia masih melumuri dirinya dengan aib dosa dan belum mensucikan dirinya.

Kurang lebih kita ibaratkan sebuah wadah. Bagaimana bisa diisi makanan yang nikmat andaikata wadah ini penuh dengan kotoran , penuh dengan belatung. Tentu senikmat apapun makanan tidak akan pernah dinikmati , karena tidak bisa bercampur kotoran dan kesucian.

Suatu saat Nabi Muhammad saw pernah berjalan melalui pasar yang diikuti sahabat dan orang-orang lain. Kebetulan beliau melewati bangkai seekor anak kambing yang putus telinganya. Ditunjukkannya kambing tersebut sambil bersabda: "Siapa diantara kalian yang mau menerima kambing ini dengan harga satu dirham?" Orang-orang menjawab: "Kami tidak ingin memilikinya". Nabi bersabda: "Apakah kalian mau memilikinya tanpa bayaran?" Salah seorang menjawab: "Demi Allah, sekiranya dia hidup pun kami tidak menyukainya, karena telinganya putus, apalagi sudah menjadi bangkai begini, buat apa?".
Nabi saw. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya dunia ini menurut pandangan Allah, lebih hina dari pandanganmu terhadap bangkai anak kambing ini".(H.R. Muslim yang bersumber dari Jabir)

Dunia yang mana ; harta ? kedudukan ?  jabatan ?, ternyata Rasulullah berharta , Rasulullah memiliki kedudukan dan populer , Rasulullah memiliki kekuasaan .Yang disebut dunia adalah semua yang disebutkan tadi yang membuat lalai kepada Allah, contoh ; mencari harta dan membuat lalai kepada Allah itulah dunia ; membabi buta mencari nafkah sedangkan shalat diabaikan , kejujuran diabaikan. Itulah pecinta dunia.

Sedangkan pecinta Allah sama sibuknya dengan gigih mencari harta tetapi selalu Allah yang dipikirkan, karena yakin Allah yang membagikan rejeki ; dia berdagang tapi dia yakin Allah yang menggerakan pembeli, dia tidak mau mengurangi timbangan 1 mg pun , dan dia tidak mau ada ketidak-jujuran yang dia inginkan hanya untuk memudahkan jual beli karena jual beli yang mudah diberkahi oleh Allah.
Dia tidak akan tamak dengan keuntungan karena dia tahu menguntungkan orang lain adalah disukai oleh Allah , dia bisnis , dia sibuk dengan harta tetapi kesibukannya membuat dia semakin taat kepada Allah ,yang seperti itu bukan bukan dunia yang menghinakan.

Pebisnis atau pedagang yang jujur termasuk orang yang berkedudukan di sisi Allah, dan kelak kalau sudah wafat bisa setara kekasih-kekasih Allah, mengapa ? karena hiruk pikuk dunianya justru membuat dia dekat dengan Allah, ini perlu kita pahami.

Lalu kekuasaan ; ada orang yang berkuasa kemudian jadi dzalim dan sibuk mempertahankan kekuasaannya, sepanjang hari yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana berkuasa, itu adalah duniawi. Tapi bagi orang yang tidak tamak dengan kekuasaan justru yang dia pikirkan adalah bagaimana dengan kekuasaannya kebenaran bisa menjadi milik ummat, bagaimana dengan kekuasaannnya keadilan dapat ditegakkan dan memudahkan orang lain untuk dekat dengan Allah, nah kekuasaan yang seperti ini tidak diartikan sebagai duniawi.

Selanjutnya bagaimana orang bisa melesat berjalan ke arah Allah kalau dirinya masih terbelenggu ,bukankah kalau kita terbelenggu sulit untuk melangkah ? bukankah kita kalau diikat sulit untuk mendekat ? maka Allah menciptakan nafsu bagi kita bukan untuk membelenggu kita untuk mendekat kepada Allah tapi orang-orang yang diperbudak nafsu memang akan terikat.

Kita ambil contoh dengan nafsu perut ; seseorang yang nafsu perutnya telah membelenggu maka yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana untuk mencari makanan yang enak yang dapat memuaskan perutnya.Dia rela untuk pergi jauh dan membayar dengan harga yang mahal untuk memuaskan perutnya.

Tapi bagi orang yang lapar dan laparnya digunakan untuk mendekat kepada Allah, maka dia akan taklukan nafsu perutnya itu dengan shaum . Tidak boleh diperbudak makanan, dia hanya mau makan kalau sudah lapar, dia berhenti makan ketika sebelum kenyang, setiap dia makan yang dia lihat bukan makanannnya tapi siapa yang memberi makannya, walaupun hanya dengan garam dia tahu semua ini karunia Allah. Makan penuh dengan rasa syukur karena lidahnya masih berasa, makan dengan rasa syukur karena masih berjumpa dengan nasi dan garam, makan dengan rasa syukur karena kita masih bisa menikmati makanan dibanding saudara kita yang lapar, maka dia makan tapi bukan nafsu yang berjalan tapi makrifat dia menemukan butir-butir nasi. Allahu Akbar !
Padahal dirinya jauh dari ladang tetapi dia dimudahkan ; ada bagian yang mengetam, menumbuk , ada bagian yang memasak, dan sekarang dia terpilih pada sebagai orang yang menikmati makanan yang dihidangkan oleh Allah nun jauh dari sana.Garam dari laut ada yang mengambil, mengeringkan sampai di piring ,Allahu Akbar ! .
Maka ,lapar yang seperti itu Insya Allah akan menjadi pendekat kepada Allah.Inilah kenikmatan dan orang yang menjalankan makan penuh dengan ingatan kepada Allah sepanjang makan Insya Allah jadi ibadah , sambil makan ingat kepada saudaranya yang lapar dan makin bertambah rasa syukurnya. Jauh berbeda dengan pecinta nafsu hari demi hari diperbudak dengan makanan saja , belum lagi yang diperbudak oleh amarah sehari-hari hanya dipikirkan bagaimana memuntahkan ketidaksukaannya

Jadi bagaimana kita akan mendekat kepada Allah kalau kita belum membersihkan diri kita , Allah Maha Suci sedangkan kita amat nista "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri." (QS. 2 : 222).

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membuat hati kita menjadi tempat kasih sayang Allah ? kalau pada diri ini kita kumpulkan kebencian , maka sulit orang-orang yang tidak punya waktu untuk membersihkan hati  untuk meraup kedekatan dengan Allah , “Qad aflaha man zakkaahaa, Wa qad khaaba man dassaahaa” (Q.S: Asy Syams: 9-10) Artinya : Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan dirinya, Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.

Maka kegigihan kita untuk sekuat tenaga bertobat, ketika berbuat dosa hapus kembali dengan tobat ; 1 noktah tinta bersihkan , jangan biarkan tinta-tinta ini berkumpul menebal karena akan sangat sulit membersihkannya, perbanyaklah istighfar karena kalau cermin sudah berkilau Insya Allah kita akan tahu siapa diri kita dan orang lain pun dapat memanfaatkan cermin ini.

Kita rindu sekali agar dibimbing oleh Allah, Allah lah yang Maha Tahu semua ilmu yang bisa membuat kita sampai kepadanya Allah-lah Yang Maha Tahu bagaimana kita bisa mengenalnya. Maka kuncinya adalah berusahalah sekuat tenaga untuk menjadi orang yang mendekat dengan cara mengamalkan ilmu karena barang siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahui oleh kita. Wallahu a’lam

(Tausiyah K.H. Abdullah Gymnastiar, disarikan dari kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atho’illah)

ANDAI JODOH TAK KUNJUNG TIBA

Oleh Von Edison Alouisci
Pages. http://www.facebook.com/von.edison.alouisci

Siang datang bukan untuk mengejar malam, malam tiba bukan untuk mengejar siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti sesuatu yang tidak pasti. Sementara waktu berjalan terus dan usia semakin bertambah, namun satu pertanyaan yang selalu mengganggu “Kapan aku menikah ??“.

Resah dan gelisah kian menghantui hari-harinya. Manakala usia telah melewati kepala tiga, sementara jodoh tak kunjung datang. Apalagi jika melihat disekitarnya, semua teman-teman seusianya, bahkan yang lebih mudah darinya telah naik ke pelaminan atau sudah memiliki keturunan. Baginya, ini suatu kenyataan yang menyakitkan sekaligus membingungkan. Menyakitkan tatkala masyarakat memberinya gelar sebagai “bujang lapuk” atau”perawan tua” , “tidak laku“.Membingungkan tatkala tidak ada yang mau peduli dan ambil pusing dengan masalah yang tengah dihadapinya.

Apalagi anggapan yang berkembang di kalangan wanita, bahwa semakin tua usia akan semakin sulit mendapatkan jodoh. Sehingga menambah keresahan dan mengikis rasa percaya diri. Sebagian wanita yang masih sendiri terkadang memilih mengurung diri dan hari-harinya dihabiskan dengan berandai-andai.

Ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri sebab hal ini bisa saja terjadi pada saudari kita, keponakan, sepupu atau keluarga kita. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini, tingginya batas mahar dan uang nikah yang ditetapkan. Hal ini banyak terjadi dinegeri kita -khususnya di daerah sulawesi-. Telah banyak kisah para pemuda yang sudah ingin sekali menikah, mundur dari lamarannya hanya karena tidak mampu menghadapi mahar yang ditetapkan. Setan pun mendapatkan celah untuk menggelincirkan anak-anak Adam sehingga melakukan perkara-perkara terlarang mulai dari kawin lari sampai pada perbuatan-perbuatan yang hina (zina), bahkan sampai menghamili sebagai solusi dari semua ini. Padahal agama yang mulia ini telah menjelaskan bahwa jangankan zina, mendekati saja diharamkan,

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”. (QS. Al-Israa’:32 )

Al-Allamah Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy-rahimahullah- berkata, “Di dalam larangan dari mendekati zina dengan cara melakukan pengantar-pengantarnya terdapat larangan dari zina –secara utama-, karena sarana menuju sesuatu, jika ia haram, maka tujuan tentunya haram menurut konteks hadits”.[Lihat Fathul Qodir (3/319)]

Pembaca yang budiman, sesungguhnya islam adalah agama yang mudah; Allah I telah anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat bagi mereka. Hal ini nampak jelas dari syari’at-syari’at dan aturan yang ada di dalamnya, dipenuhi dengan rahmat, kemurahan dan kemudahan. Allah I telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia,

“Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)“. (QS.Thohaa :1-3)

Allah I berfirman

“Allah tidak menghendaki menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur.”(QS. : Al-Maidah: 6)

Namun sangat disayangkan kalau kemudahan ini, justru ditinggalkan. Malah mencari-cari sesuatu yang sukar dan susah sehingga memberikan dampak negatif dalam menghalangi kebanyakan orang untuk menikah, baik dari kalangan lelaki, maupun para wanita, dengan meninggikan harga uang pernikahan dan maharnya yang tak mampu dijangkau oleh orang yang datang melamar. Akhirnya seorang pria membujang selama bertahun-tahun lamanya, sebelum ia mendapatkan mahar yang dibebankan. Sehingga banyak menimbulkan berbagai macam kerusakan dan kejelekan, seperti menempuh jalan berpacaran. Padahal pacaran itu haram, karena ia adalah sarana menuju zina. Bahkan ada yang menempuh jalan yang lebih berbahaya, yaitu jalan zina !!

Di sisi yang lain, hal tersebut akan menjadikan pihak keluarga wanita menjadi kelompok materealistis dengan melihat sedikit banyaknya mahar atau uang nikah yang diberikan. Apabila maharnya melimpah ruah, maka merekapun menikahkannya dan mereka tidak melihat kepada akibatnya; orangnya jelek atau tidak yang penting mahar banyak !! Jika maharnya sedikit, merekapun menolak pernikahan, walaupun yang datang adalah seorang pria yang diridhoi agamanyadan akhlaknya serta memiliki kemampuan menghidupi istri dan anak-anaknya kelak. Padahal Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-telah mamperingatkan,

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِيْنَهُ فَزَوِّجُوْهُ . إِلَّا تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِيْ الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

“Jika datang seorang lelaki yang melamar anak gadismu, yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan yang merata dimuka bumi “[HR.At-Tirmidziy dalam Kitab An-Nikah(1084 & 1085), dan Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah(1967). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1022)]

Jadi, yang terpenting dalam agama kita adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sekedar kekayaan dan kemewahan. Sebuah rumah yang berhiaskan ketaqwaan dan kesholehan dari sepasang suami istri adalah modal surgawi, yang akan melahirkan kebahagian, kedamaian, kemuliaan, dan ketentraman. Namun sangat disayangkan sekali, realita yang terjadi di masyarakat kita, jauh dari apa yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hanya karena perasaan “malu” dan “gengsi” hingga rela mengorbankan ketaatan kepada Allah; tidak merasa cukup dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam syari’at-Nya. Mereka melonjakkan biaya nikah, dan mahar yang tidak dianjurkan di dalam agama yang mudah ini. Akhirnya pernikahan seakan menjadi komoditi yang mahal, sehingga menjadi penghalang bagi para pemuda untuk menyambut seruan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya“. [HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa’iy (2246)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- telah menganjurkan umatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit dalam menerima lamaran dengan sabdanya,

مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَسْهِيْلُ أَمْرِهَا وَقِلَّةُ صَدَاقِهَا

“Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan (nikah)nya, dan sedikit maharnya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3/158), Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469). Di-hasan-kan Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (2231)]

Oleh karena itu, pernah seseorang datang kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- seraya berkata,”Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita.” Beliau bersabda, “Engkau menikahinya dengan mahar berapa?” orang ini berkata:”empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham)”. Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ ؟ كَأَنَّمَا تَنْحِتُوْنَ الْفِضَّةَ مِنْ عَرْضِ هَذَا الْجَبَلِ مَا عِنْدَنَا مَا نُعْطِيْكَ وَلَكِنْ عَسَى أَنْ نَبْعَثَكَ فِيْ بَعْثٍ تُصِيْبُ مِنْهُ

“Dengan empat awaq (160 dirham)? Seakan-akan engkau telah menggali perak dari sebagian gunung ini. Tidak ada pada kami sesuatu yang bisa kami berikan kepadamu. Tapi mudah-mudahan kami dapat mengutusmu dalam suatu utusan (penarik zakat) ; engkau bisa mendapatkan (empat awaq tersebut)“. [HR, Muslim(1424)].

Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy-rahimahullah- berkata tentang sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang kami huruf tebalkan, “Makna ucapan ini, dibencinya memperbanyak mahar hubungannya dengan kondisi calon suami“.[Lihat Syarh Shohih Muslim (6/214)]

Perkara meninggikan mahar, dan mempersulit pemuda yang mau menikah, ini telah diingkari oleh Umar -radhiyallahu ‘anhu-. Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

أَلَا لَا تَغَالُوْا بِصُدُقِ النِّسَاءِ فَإِنَّهَا لَوْ كَانَتْ مَكْرَمَةً فِيْ الدُّنْيَا أَوْ تَقْوًى عِنْدَ اللهِ لَكَانَ أَوْلَاكُمْ بِهَا النََّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَصْدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِمْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ وَلَا أُصْدِقَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ بَنَاتِهِ أَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْ عَشَرَ أُوْقِيَةٌ

“Ingatlah, jangan kalian berlebih-lebihan dalam memberikan mahar kepada wanita karena sesungguhnya jika hal itu adalah suatu kemuliaan di dunia dan ketaqwaan di akhirat, maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- adalah orang yang palimg berhak dari kalian. Tidak pernah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memberikan mahar kepada seorang wanitapun dari istri-istri beliau dan tidak pula diberi mahar seorang wanitapun dari putri-putri beliau lebih dari dua belas uqiyah (satu uqiyah sama dengan 40 dirham)” .[HR.Abu Dawud (2106), At-Tirmidzi(1114),Ibnu Majah(1887), Ahmad(I/40&48/no.285&340). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3204)]

Pembaca yang budiman, pernikahan memang memerlukan materi, namun itu bukanlah segala-galanya, karena agungnya pernikahan tidak bisa dibandingkan dengan materi. Janganlah hanya karena materi, menjadi penghalang bagi saudara kita untuk meraih kebaikan dengan menikah. Yang jelas ia adalah seorang calon suami yang taat beragama, dan mampu menghidupi keluarganyanya kelak. Sebab pernikahan bertujuan menyelamatkan manusia dari perilaku yang keji (zina), dan mengembangkan keturunan yang menegakkan tauhid di atas muka bumi ini.

Oleh karena itu, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- perkah bersabda,

ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُ الْغَازِيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِيْ يُرِيْدُ الْأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِيْ يُرِيْدُ التَّعَفُّفَ

“Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya: Orang yang berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan dirinya, dan orang menikah yang ingin menjaga kesucian diri”. [HR. At-Tirmidziy (1655), An-Nasa’iy (3120 & 1655), Ibnu Majah (2518). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3089)]

Orang tua yang bijaksana tidak akan tentram hatinya sebelum ia menikahkan anaknya yang telah cukup usia. Karena itu adalah tanggung-jawab orang tua demi menyelamatkan masa depan anaknya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran orang tua semua untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Ingatlah sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

“Agama adalah mudah dan tidak seorangpun yang mempersulit dalam agama ini, kecuali ia akan terkalahkan“. [HR. Al-Bukhary (39), dan An-Nasa’iy(5034)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkan umatnya untuk menerapkan prinsip islam yang mulia ini dalam kehidupan mereka sebagaimana dalam sabda Beliau,

يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا

“permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari“. [HR.Al-Bukhary(69& 6125), dan Muslim(1734)]

Syaikh Al-Utsaimin-rahimahullah- berkata, “Kalau sekiranya manusia mencukupkan dengan mahar yang kecil, mereka saling tolong menolong dalam hal mahar(yakni tidak mempersulit) dan masing-masing orang melaksanakan masalah ini, niscaya masyarakat akan mendapatkan kebaikan yang banyak, kemudahan yang lapang, serta penjagaan yang besar, baik kaum lelaki maupun wanitanya”.[Lihat Az-Zawaaj]

Salam Ukhuwah Dariku..

Hikayat LIMA PERKARA Aneh


BismillaahirRohmaanirRohiim..

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Maka salah s...eorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghadap ke barat. Engkau dikehendaki berbuat,

pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah

kedua; engkau sembunyikan

ketiga; engkau terimalah

keempat; jangan engkau putuskan harapan

kelima; larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan yang pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.” Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu.” Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku.” Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”

Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya. Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidungnya.

Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini.”

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa:

“Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.

Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua...

Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.

Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat.

Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.”

Kelima kisah ini hendaklah kita tanamkan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah menggunjing orang, bahkan di televisi ada acara khusus untuk menggunjing/ngegosip orang, padahal dalam Islam, jika menceritakan aib orang lain itu suatu hal yang dilarang.

Jika gosip itu benar maka ia jadi ghibah, jika gosip itu salah maka ia jadi fitnah! Tidak ada manfaatnya sama sekali. Stop tayangan infotaintment dan sinetron yang tidak mendidik!

Nasehat Ibu untuk Anak Perempuannya

Nasehat ini, ia sampaikan ketika melepas putrinya itu menuju rumah suaminya saat dia dinikahkan.

Dia berkata, “Wahai anakku, kalaulah nasehat boleh ditinggalkan karena kemuliaan budi dan ketinggian nasab keturunan, maka aku tidak akan menyampaikannya padamu. Namun ia perlu disampaikan untuk mengingatkan orang baik dan menyadarkan yang lalai. 

Wahai anakku, jika seorang perempuan bisa melepaskan diri dari laki-laki dengan harta orang tuanya maka aku adalah orang yang paling bisa untuk itu. Tapi, itu tidak mungkin, anakku. Karena perempuan diciptakan untuk laki-laki. Dan sebaliknya, laki-laki diciptakan untuk perempuan. 

Wahai anakku, saat ini engkau akan melangkah dari rumah ini, dimana kamu hidup dan dibesarkan. Kamu akan berangkat ke lembah yang belum kamu ketahui sama sekali dan akan ditemani seorang yang tidak pernah kau kenal selama ini.

Makanya, dengarlah pesan-pesanku. Jadilah engkau bagaikan budak baginya, maka dia akan berlaku seperti itu pula untukmu. 

Anakku, dengarkanlah, aku akan menyampaikan sepuluh wasiat untukmu. Jagalah wasiat ini. Ia akan menjadi penerang dan bekal bagimu dalam hidup. 

- Pertama, setia dan patuhlah padanya. 
Kepatuhanmu padanya akan melahirkan keridhaan Tuhan kita Allah Azza wa Jalla. 

- Kedua, pakailah dengan apa yang diberinya. 
Sikap itu akan melahirkan ketenangan dalam jiwamu. 

- Ketiga, peliharalah pandangannya padamu. 
Jangan sampai dia melihat padamu sesuatu yang tidak disenanginya. 

- Keempat, pelihara penciumannya terhadapmu. 
Jangan sampai dia mencium darimu sesuatu yang tidak mengenakkan hidungnya. 

- Kelima, Jagalah waktu makannya. 
Sesungguhnya rasa lapar itu bagaikan bara yang bisa membakar kapan saja. 

- Keenam, jagalah waktu tidurnya. 
Sesungguhnya gangguan pada waktu tidur bisa menyulut amarah. 

- Ketujuh, jagalah harta dan rumahnya. 
Sesungguhnya yang demikian membuatnya menghargaimu. 

- Kedelapan, pelihara dan hormatilah anak dan keluarganya. 
Sesungguhnya hal itu melatihmu mengatur segala Sesuatu dengan baik. 

- Kesembilan, janganlah kamu buka rahasianya. 
Jika kamu melakukan itu, maka tidak bisa dijamin dia akan menjaga janjinya padamu. 

- Kesepuluh, janganlah kau melanggar perintahnya. 
Sesungguhnya yang demikian itu menyulut rasa cemburu dalam hatinya. 

Dan perhatikanlah dua perkara. 
~ Janganlah kamu menampakkan kebahagiaan padanya jika dia sedang dirundung sedih. 
~ Jangan pula engkau menampakkan kesedihan di kala dia berbahagia. 

Ketahuilah wahai anakku, sebesar apa penghormatanmu padanya sebesar itu dia akan menyanjungmu. Sejauh mana kamu bisa menyesuaikan pandanganmu dengannya seperti itu pula dia akan setia padamu. 

Anak gadisku, sesungguhnya kamu tidak akan mampu melakukan itu semua kecuali jika kamu mampu mendahulukan kerihdaannya atas keinginan pribadimu, dan jika kamu mampu mengedepankan hasratnya atas hasratmu. Semoga Allah Azza wa Jalla melimpahkan kebaikan padamu. 

Selamat jalan Anakku.

Saat Si Kecil Tumbuh dalam Rahimku

Orang tua berharap anaknya menjadi anak yang shalih adalah biasa. Sayangnya, tidak banyak orang tua yang mau menempuh jalan yang bisa menyampaikan terwujudnya harapan itu. Padahal Islam telah banyak memberikan bimbingannya baik di dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah, termasuk saat masih di dalam rahim.

Anak adalah sosok mungil idaman yang sangat dinanti kehadirannya oleh sepasang ayah bunda. Semenjak melangkah ke jenjang pernikahan, mereka berdua telah menumbuhkan harapan akan lahirnya si buah hati. Mereka terus memupuk harapan itu dengan menjaga calon bayi yang memulai kehidupannya di rahim ibunya, hingga saatnya hadir di dunia.
Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya lahir dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Segala upaya dikerahkan untuk mewujudkan keinginan mereka. Tentu tak patut dilupakan sisi-sisi penjagaan dan pendidikan yang telah diajarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan dengan inilah, orang tua akan mendapatkan kemuliaan, bagi anaknya maupun diri mereka.Dapat disimak pengajaran ini dalam indahnya Sunnah Rasulullah SAW. Di sana didapati bimbingan yang sempurna untuk kita terapkan dalam mendidik anak. Bahkan sebelum hadirnya sosok mungil itu pun Islam telah memberikan tuntunan penjagaan. Terus demikian tuntunan itu secara runtut didapati hingga saat melepas anak menuju kedewasaan.

Saat Kedua Orang Tua Bertemu

Inilah tuntunan Islam sebelum bertemunya dua mani yang menjadi bakal janin dengan izin Allah SWT. Usai pernikahan, ketika sepasang pengantin bertemu untuk pertama kalinya, disunnahkan mempelai pria memegang ubun-ubun istrinya dan mendoakannya. Didapati hal ini di dalam ucapan Rasulullah SAW:

“Apabila salah seorang dari kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang budak, maka hendaknya ia memegang ubun-ubunnya, menyebut nama Allah dan mendoakannya dengan barakah, serta mengucapkan, ‘Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan seluruh sifat yang Engkau jadikan padanya dan aku memohon perlindungan-Mu dari kejelekannya dan kejelekan sifat yang Engkau jadikan padanya.’ Apabila ia membeli unta, maka hendaknya ia pegang ujung punuknya dan berdoa seperti itu juga.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari dalam Af’alil ‘Ibad dan Al-Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya dengan sanad hasan, dan dishahihkan Al-Imam Al-Hakim dan disepakati Al-Imam Adz-Dzahabi. Lihat Adabuz Zifaaf fis Sunnatil Muthahharah, hal. 20, karya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani )

Dalam suasana pengantin baru, sang mempelai tak lepas dari tuntunan Rasulullah r\SAW. Demikian pula ketika kehidupan rumah tangga terus berlangsung. Rasulullah SAW juga memberikan bimbingan kepada setiap suami istri untuk mulai menjaga calon anak mereka ketika mereka hendak bercampur (jima’). Beliau bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian ketika mendatangi istrinya mengatakan: ‘Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami’, jika Allah tetapkan terjadinya anak, setan tidak akan dapat memudharatkannya selama-lamanya.” (Shahih, HR. Al-Imam Al-Bukhari)
Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa maksud perkataan Rasulullah SAW “Setan tidak akan memudharatkannya” yaitu setan tidak akan memalingkan anak itu dari agamanya menuju kekafiran, dan bukan maksudnya terjaga dari seluruh dosa (‘ishmah).

Menjaga Janin dari Hal-hal yang Menggugurkannya

Ketika benih telah mulai tumbuh, banyak upaya yang bisa dilakukan oleh calon orang tua untuk menjaga janin yang ada di perut ibunya. Si calon ibu akan mulai memilih makanannya, mengkonsumsi segala macam vitamin yang dapat menunjang kehamilannya, menjaga waktu istirahatnya, melakukan olah raga khusus, dan mengatur aktivitasnya. Tak lupa mereka memantau keadaan calon bayi dengan terus memeriksa kesehatannya.Akan tetapi, adakalanya janin gugur bukan karena semata sebab medis. Terkadang ada sebab lain yang mengakibatkan gugurnya kandungan seorang ibu. Ini kadang-kadang tidak disadari oleh kebanyakan orang.Semestinya kita mengetahui peringatan Rasulullah SAW dari hal-hal semacam ini yang diterangkan oleh syariat, sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh ular yang disebut dengan dzu thufyatain yang dapat menyebabkan gugurnya janin. Beliau bersabda:

“Bunuhlah dzu thufyatain, karena dia dapat membutakan mata dan menggugurkan janin.” (Shahih, HR. Al-Imam Al-Bukhari)
Apakah dzu thufyatain? Dijelaskan oleh Ibnu ‘Abdil Bar t bahwa dzu thufyatain adalah jenis ular yang mempunyai dua garis putih di punggungnya.Perintah Rasulullah SAW ini menunjukkan wajibnya menjaga dan menjauhkan hal-hal yang dapat membahayakan janin, dan ini merupakan salah satu pintu penjagaan dan perhatian syariat ini terhadap janin dan keadaannya.

Keringanan bagi Wanita Hamil untuk Berbuka

Tak jarang kondisi seorang ibu yang mengandung calon bayi di dalam rahimnya lemah. Suplai makanan yang dikonsumsinya harus terbagi untuk dirinya dan untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Sementara ketika bulan Ramadhan tiba, kaum muslimin diwajibkan untuk melaksanakan puasa, menahan lapar dan dahaga dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya bulatan matahari. Dengan ilmu dan hikmah-Nya, Allah SWT memberikan keringanan kepada hamba-hamba wanita-Nya yang sedang hamil dan menyusui untuk tidak menjalankan kewajiban berpuasa.
Ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi menggugurkan separuh shalat atas orang yang bepergian dan menggugurkan kewajiban berpuasa dari wanita yang hamil dan menyusui.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam At-Tirmidzi.Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa`i dan dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 1353, beliau berkata: hadits hasan shahih)

Abdullah ibnu ‘Abbas memberikan penjelasan bahwa jika seorang wanita hamil mengkhawatirkan dirinya dan wanita yang menyusui mengkhawatirkan anaknya selama Ramadhan, maka keduanya berbuka (tidak berpuasa) dan setiap hari memberi makan satu orang miskin serta tidak meng-qadha puasanya.
Inilah bentuk-bentuk penjagaan Islam terhadap anak sebelum ia lahir ke dunia. Terlihat dengan gamblang perlindungan agama Allah SWT ini terhadap jiwa seorang manusia. Terbaca dengan jelas kasih sayang Allah SWT bagi seluruh hamba-Nya. Oleh karena itu, selayaknya ayah dan bunda memperhatikan penjagaan buah hati mereka.

“Barangsiapa yang menjaga kehidupan satu jiwa, maka seakan-akan ia menjaga kehidupan seluruh manusia.” (Al-Maidah: 32)

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Mengekalkan Arti Rindu Sang Kekasih

Sepasang suami istri, ada kalanya merasa jenuh satu sama lain. Bukan bosan, bukan pula benci. Hanya saja terjebak rutinitas sehari-hari yang seolah tak kunjung henti, bisa melunturkan rasa di hati. Dibutuhkan sebuah penyegaran baru agar rasa rindu itu kembali membuncah selayaknya masa-masa dulu kala.

Penyegaran itu tak harus mahal, tak perlu juga harus ke luar negeri. Bisa saja penyegaran itu berupa menginap sehari dua hari di rumah orang tua atau teman yang itu artinya berjauhan sementara dari sang kekasih hati. Ya…sementara saja. Biarkan masing-masing mempunyai jeda bagi diri. Berikan keluasan ruang bagi hati untuk menikmati kesendirian setelah bertahun-tahun selalu bersama dengan pasangan jiwa.

Rasakan perbedaannya. Siang hari mungkin belum terasa karena masing-masing terbiasa sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Tapi ketika malam menjelang, sunyi itu akan datang mengetuk dinding hati. Ia yang selalu ada di sisi, tiba-tiba saja terasa jauh di sana. Sedang apa ya dia saat ini? Majunya teknologi sangat membantu pada kondisi mellow seperti ini. Saling telepon dan menanyakan kabar, menjadi sebuah romansa penyegaran yang indah. Bahkan pesan sms pun menjadi suatu hal yang nikmat meskipun hanya satu atau dua kata saja.

Kebiasaan-kebiasaan pasangan yang semula terasa menyebalkan, saat berjauhan begini menjadi terasa indah. Hal sepele yang biasanya sering membuat hati jengkel, kali ini malah serasa ingin diulang agar rindu segera terobati. Di sini rindu, yang di sana pun kangen. Kebersamaan menjadi hal yang sangat berharga kala sendiri. Kala mata terpejam pun, buncahan rasa kangen itu akan terus membubung tinggi mengingat hari-hari yang pernah dilalui.

Di pagi hari, hangatnya sinar mentari tetap tak mampu menyinari hati yang sedang dirundung rindu. Perjumpaan dengan kekasih menjadi satu hal yang dinanti. Benda pertama yang langsung disambar pastilah HP sekadar mengucap ‘hai’ atau ‘selamat pagi’. Meski tak terucap, bilur kerinduan itu terpancar jelas dari sikap. Bila sudah begini, masa iya liburan akan ditambah lagi?

Ketika tiba saatnya suami menjemput istri, maka rona rindu dan bahagia itu akan mewarnai pertemuan kedua insan. Pun bila sudah ada anak di antara mereka, semburat rindu itu tak kan mampu disembunyikan. Anak pun biasanya jadi alasan, ehem.

Penyegaran pun telah dilakukan. Cukup bekal untuk melewati hari-hari berikutnya dengan penuh cinta. Tak ada alasan lagi untuk jenuh dan bête ketika menunaikan kewajiban baik sebagai istri atau suami, sesuai peran masing-masing. Indahnya bila itu semua dilakukan hanya demi mengharap ridha Ilahi. 

Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Tapi terkadang kita tidak begitu mudah mengakuinya. Permintaan maaf bukan hanya sekedar pengakuan atas perbuatan salah kita, tapi juga pengakuan bahwa kita memahami telah berbuat sesuatu secara tidak sengaja yang menyebabkan suami kita kesal atau marah. Ketika tiba pada saatnya kita harus meminta maaf, mungkin anda bisa mencoba beberapa cara sederhana dibawah ini, 

1. Minta maaflah karena Suami, bukan karena anda.
Seberapa sering anda memulai meminta maaf dengan diikuti penyesalan? kalau anda masih memberikan alasan kenapa anda melakukan kesalahan tersebut dan atau masih memfokuskan diri pada yang anda alami, maka hal itu tidak menunjukkan bahwa anda peduli pada perasaan suami, namun lebih menggambarkan bahwa anda hanya khawatir dengan apa yang anda rasakan.

2. Dengarkan penyebab kemarahan suami marah, dan mengakulah. 
Sudah sewajarnya jika semua manusia terkadang sulit mendengarkan hal negatif tentang diri sendiri. Namun, cobalah untuk belajar mendengarkan sudut pandang masalah menurut yang suami ketahui, agar kita mengerti. Jika anda sudah mengetahui penyebab kemarahan suami, pastikan anda memahami dan mengakuinya

3. Menebus kesalahan. 
Jika anda sudah terlanjur menyakiti perasaan suami, maka pastikan anda menebus kesalahan itu. Berusahalah mewujudkan permintaan maaf dengan tindakan yang real. Anda bisa mencoba melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan anda sehari hari, tentunya agar suami merasa lebih baik, contohnya memberikan sebuah hadiah atau memasakkan makanan kesukaannya

4. Instrospeksi diri.
Ada baiknya anda melakukan introspeksi diri, apalagi jika kesalahan tersebut adalah bukan pertama kalinya anda lakukan. tanyakan pada diri sendiri mengapa anda sampai bisa mengulanginya lagi. Buatlah komunikasi yang hangat dengan suami dan cobalah untuk mencari solusi terbaik bagi masalah tersebut.

~*:. Kebersihan Ruh Kecantikan .:*~

Senang berdandan merupakan tabiat wanita.Ingin selalu terlihat cantik dan menawan merupakan perkara yang lazim bagi mereka.Tak heran jika berbagai produk kosmetika dan pernak-pernik kecantikan yang menjamur di pasaran laku keras.Namun dalam urusan yang satu ini ada satu asas berhias yang kadang luput dari perhatian.Asas yang dimaksud adalah kebersihan.Tidak terlalu berlebihan bila dikatakan: Kebersihan adalah ruh kecantikan.Tidak ada artinya berhias tanpa kebersihan.Sesuatu yang kotor dalam pandangan dan aroma yang tak sedap akan merusak kecantikan dan berhias itu sendiri.Karena itu kebersihan merupakan urusan pertama yang harus diperhatikan seorang wanita ketika ia akan berhias dan mempercantik dirinya.

Islam merupakan agama yang memperhatikan kebersihan,karena itu seorang muslimah yang menyandarkan dirinya kepada agama mulia ini selayaknya tidak meremehkan urusan tersebut.Paling tidak, ketika akan melaksanakan shalat lima waktu, seorang muslimah mencuci anggota-anggota wudhunya dengan baik yang berarti akan hilang darinya kotoran dan debu dalam waktu lima kali sehari semalam.Dan tidak ada hal paling besar yang dapat engkau lakukan, wahai muslimah, daripada engkau menjaga kebersihan tubuhmu dan engkau berhias sekaligus, yang dengan begitu engkau akan raih ridha Allah SWT dan ridha suamimu sekaligus.


Air, suatu alat berhias

Berbicara kebersihan, sedikit banyak terkait dengan air.Sebagai salah satu nikmat Allah SWT yang agung, air merupakan sumber kehidupan dan juga sumber kebersihan.Bisa dikata, tidak ada satu kehidupan pun yang dapat lepas dari kebutuhan akan air.Dan air juga merupakan alat berhias dan mempercantik diri.Jika berhias tanpa kebersihan tidak ada faedahnya, lebih-lebih kebersihan dan kecantikan tanpa membasuh diri dengan air, merupakan hal sia-sia.Mengapa demikian?Dengan air akan hilang kotoran yang merusak pandangan atau aroma yang mengganggu penciuman.

Yang dikatakan mandi tidaklah sekedar menuangkan air dalam jumlah yang banyak ke tubuh, namun yang penting bagaimana tubuh dapat mengambil faedah dari air tersebut.Rasul kita yang mulia, Muhammad SAW, adalah orang yang paling hemat dalam menggunakan air, “Walaupun engkau berada di sungai yang airnya melimpah”, begitu kurang lebih nasehatnya kepada shahabatnya untuk menghemat pemakaian air, padahal beliau adalah manusia yang paling menjaga kebersihan.Menjadikan air sebagai sarana bebersih diri tidak berarti kita harus memperbanyak mandi dalam sehari, melebihi kebiasaan yang lazim.Bahkan ini merupakan sikap berlebih-lebihan alias pemborosan.Di samping itu, mandi melebihi kebutuhan justru menjadikan kulit kering dan pecah.

Yang hendak ditekankan di sini, adalah mengingatkan agar tidak melupakan air, yang dengannya kulit akan kembali kepada keadaannya yang normal setelah sebelumnya merasakan panas, ditempeli kotoran, debu dan aroma keringat yang tidak sedap.


Menghilangkan Bau keringat

Tubuh yang selalu berkeringat biasanya meninggalkan aroma yang tidak sedap.Dan ini jelas mengganggu penampilan dan kecantikan serta mengurangi kepercayaan diri.Perlu diketahui, fungsi keringat yang utama adalah menahan bertambahnya panas tubuh dari keadaannya yang normal/wajar.Dan keringat ini pada asalnya saat dikeluarkan oleh tubuh tidaklah disertai dengan bau tak sedap.Tentu saja selama tubuh tersebut sehat dan bersih.

Adapun aroma tak sedap yang ‘dihasilkan’ keringat, itu disebabkan karena tidak bersihnya bagian tubuh yang menjadi tempat keluarnya keringat, khususnya daerah lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak.Tempat yang lembab dan kotor tadi mengundang kehadiran bakteri, yang pada akhirnya dia ‘berkarya’ sehingga keluarlah aroma tak sedap dari tubuh dan muncullah istilah BBM (bau badan menyengat).

Dari sini, sepantasnya mereka yang bau tubuhnya tak sedap untuk segera menghilangkan penyebabnya yang telah disebutkan di atas, dan tidak sekedar mengeringkan keringat yang keluar ataupun sekedar menaburkan bedak dan menyemprotkan wangi-wangian ke daerah badan yang bau.Ketahuilah, cara paling efektif menghilangkan bau keringat adalah dengan menggunakan air. Karena air merupakan wangi-wangian yang paling baik.Gunakan air beberapa kali untuk membersihkan sumber bau dari tubuh. Ketika mandi, jangan lupa menggosok daerah lipatan tubuh khususnya ketiak dan mencurahkan air secara langsung ke daerah tersebut.Akan bermanfaat pula, jika daerah bawah ketiak diolesi separuh jeruk nipis yang telah diperas. insya Allah, kita akan merasakan hasilnya.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jangan biarkan rambut ketiak tumbuh memanjang. Bahkan harus segera dihilangkan, karena rambut inilah yang juga memicu timbulnya bau. Hindari mengkonsumsi bawang dalam keadaan mentah karena bawang termasuk jenis makanan yang merangsang bau badan.

Pembaca muslimah yang baik…Bila ingin diterima dengan baik oleh lingkunganmu, selain harus berhias dengan akhlak seorang muslimah, engkau juga jangan bersikap masa bodoh terhadap kebersihan tubuhmu dan jangan cuek dengan aroma tidak sedap yang engkau keluarkan.Perhatikan keberadaan dirimu, apalagi bila engkau telah memiliki suami. Jaga penciumannya darimu, jangan sampai dia mencium darimu kecuali aroma yang wangi dan memikat.

Semoga memberi manfaat.

" Kisah Pengemis Buta "

Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda..

Seorang anak buta duduk bersila 
di sebuah tangga pintu masuk 
pada sebuah supermarket. 

Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan 
dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah
kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa 
keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. 
Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, 
lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu 
memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. 
Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, 
dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak 
lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, 
lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. 

Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, 
tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan 
betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya, 
“Selain untuk menambah penghasilanmu, 

Saya ingin memberi pemahaman 
bahwa ketika hidup memberimu 
100 alasan untuk menangis,
tunjukkanlah bahwa masih ada 
1000 alasan untuk tersenyum.”

Sahabat...
Ketika Allah SWt memberi kita anungrah kesehatan
ucapkanlah puja dan puji syukur kepada tuhan
mari kita pergunakan hidup kita untuk hal2 yg bermanfaat
dan berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai cita-cita

Tujuan hidup kita bukan mengejar kebahagian di Dunia saja
disana masih ada kehidupan yang lebih beharga
kehidupan yang sudah ditetapkan janjinya oleh Allah SWT
yang menciptakan langit, bumi beserta segala isinya..