بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Sepasang kekasih yang melakukan pacaran yang dilarang agama itu sebelum menikah penuh kemesraan, bercakap pun lemah-lembut dan kalau berlaku kesilapan kecil mudah sekali dimaafkan, tetapi lain halnya setelah menikah.
Selepas menikah rumahtangga senantiasa di alam pergeseran. Kadang-kadang dalam sehari berulang kali bertengkar. Terkadang pertengkaran terus berlarutan walaupun telah memperoleh anak dan kadang-kadang sampai beranak sepuluh pun masih tak habis-habis. Hinggakan muka pun dah mulai berkerut, namun masih belum menemui jalan penyelesaian. Akhirnya anak-anak sendiri mengikut perangai buruk kedua orangnya.
Tidak payah memeras otak untuk mencari sebab mengapa hal ini berlaku. Tidak perlu ditulis kajian demi kajian untuk mencari rumusan tentang penyebabnya. Puncak utamanya ialah karena hilang rasa kasih sayang antara suami isteri lantaran ketandusan iman.
Tandusnya iman menyebabkan baik suami maupun isteri tidak lagi berusaha untuk bersifat seperti sifat orang mukmin yang takutkan Allah, takut kepada neraka Allah dan Rindu kepada syurga Allah. Bila iman longgar, tiada lagi takut dengan kemurkaan Allah.
Isteri berani membentak suami, tidak lagi taat kata-kata suami, tidak hormat pada suami hingga jadilah dia isteri yang durhaka. Suami pula sudah mulai melalaikan tanggungjawabnya sebagai ketua dalam rumahtangga, tidak memberi didikan sepenuhnya kepada isteri.
Rumahtangga tidak lagi menjadi syurga bagi suami isteri, malah ada sebagian yang rumah sendiri dianggap neraka lantaran terlalu kerap berlakunya petengkaran.
Pinggan, mangkuk, periuk, belaga, terbang melayang dan peluru kendali terluncur dari mulut masing-masing. Isteri kata suami yang salah dan suami pula tuduh isteri yang salah. Tuduh-menuduh ungkit mengungkit hingga terbitlah kata-kata : "Bukan aku yang maukan kamu tetapi kamulah yang tergila-gilakan aku."
pedih sekali kata-kata yang keluar akibat nafsu jahat runtuhlah rumah tangga yang dibina atas dasar cinta sama cinta (nafsu) yang tidak mengikut lunas-lunas keIslaman dahulunya. Begitulah yang sering berlaku bila tiada iman.
Kalau iman kukuh, kesilapan dan pergeseran yang besar akan dianggap kecil saja. Mudah diselesaikan dengan cara bermaaf-maafan. Rumahtangga yang terbina dengan iman dan kasih sayang, menjadi ajang amal dan ibadah mengharapkan keridhaan Allah semata-mata.
Jika ada perkara-perkara yang tidak menyenangkan hati, suami-isteri yang beriman akan segera merajuk kepada Allah, serta mengharap sepenuhnya bantuan-Nya. Masing-masing takut melakukan kesalahan karena takutkan kemurkaan Allah dan azab di neraka kelak.
***
Kepada yang sedang bercita-cita hendak mendirikan rumahtangga ataupun yang sedang menghadapi berbagai-bagai dilema rumahtangga hendaklah ingat, pernikahan adalah ibadah bahkan setengah dari agama, nisfuddien.
Ibadah memerlukan niat dan kesucian hati serta keikhlasan. Ibadah tidak benar dilakukan dengan perbuatan yang dilarang Allah dan Rasulnya seperti pacaran dan sejenisnya. Permulaan yang buruk lebih susah diharap kebaikan di pertengahan dan pengakhirannya. Kecuali keterlanjuran telah disesali dengan berbenah dan kembali pada bimbingan Ilahi.
Usah tersilau pada pandangan mata yang dzahir jika melihat yang dahulunya maksiat berpacaran baik-baik saja nampaknya. Tak sedikit rumah tangga bak neraka. Biarpun telah di bungkus rapat-rapat, catatan malaikat tak pernah luput sedikitpun. Dan walau seberat atom dosa ada balasan yang telah Allah janjikan. Allahumma sallimna....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar